22 Februari, 2022

, , ,

Mengembalikan Tradisi Kuno di Kalangan Guru


Apa kebiasaan guru-guru tempo doeloe, sehingga menyebabkan mereka hidup sehat sampai lanjut usia? Mungkin dengan melihat kebiasaan tersebut, akan ditemukan rahasia di balik umur panjang mereka. Sebab guru-guru kita hari ini, banyak yang mati muda. Di samping itu juga menghasilkan output yang unggul.

A. Minum Teh
Dekade 90 adalah dekade terakhir guru-guru mendapatkan "layanan" minum teh di tiap meja guru di kelas ataupun di ruang guru. Mengapa guru-guru tersebut mendapatkan layanan itu? Ini adalah sebuah pertanyaan yang sampai detik ini, belum ketemu dalih dan dalilnya. Namun jika dipikir-pikir, ada banyak khasiat di dalam aktivitas minum teh ini. 

Khasiat tersebut antara lain adalah meningkatkan metabolisme. Kandungan yang ada di dalam teh dapat membakar kalori dan mengurangi lemak tubuh. Manfaat berikutnya adalah mencegah peradangan. Peradangan telah dikaitkan dengan segala hal mulai dari diabetes hingga penurunan kognitif. Faktanya, peradangan telah diimplikasikan sebagai akar dari hampir semua penyakit kronis. Sehingga teh berpotensi membantu mengurangi risiko kematian akibat penyakit tertentu (penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis kanker).

Manfaat minum teh selanjutnya yaitu membantu meningkatkan kesehatan otak (mencegah Alzheimer dan penyakit neurodegeneratif lainnya). Di samping itu, teh bisa meningkatkan kesehatan mulut (mengurangi risiko penyakit periodontal, gigi berlubang, dan bahkan mungkin kanker mulut). Juga membantu meningkatkan kesuburan, berkurangnya penyerapan karbohidrat, peningkatan kadar gula darah, dan penurunan berat badan.

Melihat kegunaannya yang luar biasa, mungkin tradisi ini harus dikembalikan lagi keberadaannya. Sehingga guru dapat terjaga raganya dengan baik. Bila fisiknya sehat, tentu akan mengajar dengan senang. Ingat pepatah dari Eropa, "Men sana corpore sano". Di dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.

B. Tirakatan
Tirakatan di sini dapat diartikan macam-macam. Dari mencegah diri untuk tidak berkorupsi hingga makan-minum (berpuasa). Mungkin dari semua tindakan pencegahan itu, korupsi adalah hal yang mudah dihindari. Sebab apa yang mau dikorupsi? Kapur? Spidol boardmarker?

Yang menjadi pertanyaan penting di sini, masih adakah guru yang tirakatan? Misalnya puasa? Ada? Saya yakin akan kesulitan ketemu guru seperti itu. Jika masih ada, boleh berkabar ke saya.

Guru dulu berpuasa demi muridnya, berpuasa demi kelancaran tugas mendidiknya adalah hal yang lumrah. Namun sekarang, paling banter hanya mendoakan. Itu pun tidak setiap hari. Kalau sudah begini, iya jangan berharap muridnya pandai-pandai plus beretika. Oleh karena itu, mengapa hal ini tidak dibudayakan lagi? Sebab bagaimanapun juga, kemajuan suatu bangsa melekat di tiap punggung guru.

Sumber: id.lovepik.com dan merdeka.com

1 komentar: