16 Februari, 2022

,

Kebetulan Ini Kisah Kepsek Imajiner

Kata orang, termasuk mungkin guru-guru saya, posisi saya enak betul. Tinggal perintah ini, tinggal perintah itu. Dan harus dilaksanakan dengan betul. Pendapat ini tidaklah betul seratus persen. Tukang nyuruh-nyuruh, itu cuma kelihatannya. Yang betul adalah apa yang saya perintahkan berdasar pada kajian saya. Kajian ini merupakan hasil penjabaran dari kebijakan yang di atas. Saya harus mampu melihat betul, mana yang disegerakan, mana yang dikerjakan bertahap. Jadi tidak sekadar main perintah, betul-betul ada dasar hukumnya. 

Oleh karena itu, jangan menganggap saya serba betul. Lebih tepatnya malah serba salah. Sebab saya juga paham sepaham-pahamnya. Kan pernah jadi guru "yang betulan". Jadi tahu betul akan kepahitannya. Makanya saya bukanlah kacang yang lupa kulitnya. Tapi ya itu tadi, saya punya atasan yang juga wajib didengar segala arahannya. Mau tidak mau, ya harus sendika dawuh. Siap terus, pantang bersurut. Itu pula yang saya minta ke rekan-rekan guru saya. Berarti tindakan saya  betul kan?

Coba dimana letak tidak betulnya? Tak mungkin ketemu. Hanya jiwa-jiwa pemalas yang mencoba menolak hal yang betul tadi. Bagi yang taat aturan, pasti patuh dan bersemangat melaksanakan. Bukan mencari-cari dalih pembenar dari perilaku yang tidak betul. Meskipun begitu, saya tetap paham. Tiap oramg pasti punya pemikiran dan keinginan berbeda-beda dalam meninjau suatu hal. Walaupun terkadang tinjauannya lebih cenderung ke ego pribadi. Tidak mau mempertimbangkan konsekuensi logis dari tingkah lakunya. Maunya yang enak-enak betul. Kalau sudah begini, apa saya tidak boleh sedikit keras? 

Pasti mereka yang mengira sikap saya ini kurang betul, pada akhirnya membetulkan juga ketika mereka sudah seperti saya. Jadi pimpinan. Kenapa saya bisa tahu? Sebab dulunya, saya juga begitu. Suka menyalah-nyalahkan atasan. Pendeknya hampir semua perilaku beliaunya tidak ada yang betul. Berarti karma dong? Mungkin betul pendapat ini.

Sumber gambar: dribbble.com

4 komentar: