29 Maret 2021
Sekitar pukul 19.30 malam ini, saya keluar rumah untuk mencari makan. Di tengah perjalanan menuju rumah, tiba-tiba saya mendapatkan sebuah gagasan. Gagasan yang berkaitan dengan metode pengajaran. Sebenarnya gagasan ini cukup sederhana. Yang tak sederhana adalah namanya.
Bagaimana bisa sederhana, kalau namanya adalah Corona? Siapapun hari ini pasti parno kalau mendengar kata Corona, tak cuma di Indonesia. Padahal bisa jadi yang dibahas adalah sebuah merek mobil dari Jepang. Karena itu bisa jadi, saya dianggap tak peka keadaan. "Keadaan pelik kok dibuat main-main", mungkin itu pikiran mereka.
Terlepas dari ada dan tidaknya tuduhan itu, saya cuma bisa ngomong ini adalah sebuah gagasan. Tidak ada gagasan yang buruk. Apalagi gagasan ini tidak ditujukan untuk olok-olok ataupun meledek. Jadi ini murni tanpa tendensi. Malahan ini dapat dikatakan upaya untuk tidak terlalu dikekang penyakit itu. Masak kita mau dijajah terus-terusan olehnya? Tentu tidak kan?
Terus bagaimanakah Metode Corona ini? Metode ini merupakan kependekan Coba Renungkan Obrolan dan Cari Nilainya. Mungkin ada yang menyeletuk, "Kok maksa sih?". Betul kesannya memang dipaksakan. Ini tentu tak bisa dibantah. Namun, bila diteliti lebih dalam, bisalah hal itu. Mau ngomong itu tak sesuai PUEBI? Soal itu bisa kita bahas lain waktu.
Kalau dibahas sekarang, pasti tulisan ini takkan jelas kelar-kelar jadinya. Untuk itulah kita lebih fokus pada Metode Corona ini saja. Metode ini dalam pembelajarannya berbasis dialog (percakapan). Dan tentu saja metode ini lebih cocok digunakan untuk pembelajaran di PKn dan Bahasa.
Dalam prosesnya, guru menyediakan sebuah dialog untuk dikaji secara individual oleh setiap siswa. Dan hasil dari kajiannya ditulis pada sebuah sticky note (ukuran 10cm x 10cm). Setelah itu ditempelkan di papan. Lalu guru mengajak anak-anak untuk melakukan diskusi kelas. Beginilah kira-kira konsepnya. Jika ada yang protes dan bilang, "Kok cuma gitu". Saya cuma bisa membalas, "Habis baru dapat tadi gagasannya."
30 Maret 2021
Tadi malam, sudah saya ceritakan tentang bagaimana saya memperoleh Metode Corona. Sekarang saya akan lanjutkan ceritanya. Ceritanya nanti ini akan mengupas tentang pengembangannya.
Setelah saya mendapatkannya, terus terang saya terpacu untuk menjadikannya sebuah buku. Dan pagi ini, saya mulai merancang apa-apa yang menjadi bagian buku tersebut. Buku ini nantinya berisi tentang berbagai pengertian dan "dalil" yang menyertainya. Selain itu, yang tak kalah penting adalah alasan mengapa metode ini harus ada. Sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan bagi bapak atau ibu guru untuk mengajar di sekolah.
Di bawah ini adalah urutan bab yang direncanakan termaktub di dalam buku tersebut.
1. Belajar
2. Model Pembelajaran
3. Teks Bacaan
4. Dialog
5. Mencari Makna (Nilai)
6. Inventarisasi dan Klasifikasi
7. Diskusi Kelompok dan Kelas
8. Media Kertas Tempel
9. Tata Laksana
Dari perencanaan urutan bab di atas, kelihatannya memudahkan saya dalam melangkah. Langkah awal yang mungkin saya ambil, pertama adalah mencari referensi. Termasuk di dalamnya KBBI, PUEBI, dan segala peraturan yang terkait. Langkah yang kedua adalah, menentukan target waktu. Berapa hari atau minggu yang saya butuhkan untuk menulis. Berapa jam seharinya. Langkah berikutnya lebih kepada aksinya, menulisnya. Dan itu dululah cerita saya, pagi ini. Bye. 😁
Sumber gambar: pnj.ac.id
NB: NB: Tulisan ini pernah saya posting di beberapa grup WhatsApp, dengan judul "Corona Kita Jajah Balik" dan "Mengembangkan Metode Pembelajaran Corona". Pada tanggal 29-30 Maret 2021. Dan sampai sekarang, buku ini belum dibuat. 😅