Tampilkan postingan dengan label karakteristik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label karakteristik. Tampilkan semua postingan

13 Februari, 2022

, , ,

Sudah Seasyik Apakah Kita dalam Mengajar?

Berikut ini ada dua orang guru. Sebut saja, yang pertama bernama Bu Dina. Sedangkan yang kedua, bernama Bu Dini. Bu Dina dan Bu Dini adalah guru Matematika. Mereka sama-sama mendapatkan tiga rombel, di sekolah yang berbeda. Dan beginilah keseharian cara mengajar mereka.

A. Bu Dina

Di awal hari, beliau mendapatkan jam pertama di Kelas A. Materi pelajarannya adalah bangun ruang balok. Dan beliaunya membawa dua jenis alat pengukur, yaitu penggaris dan meteran. Setelah mengucapkan salam, beliau meminta murid-murid untuk membuat kelompok dan memberi tiap kelompok itu berupa penggaris atau meteran. Beliau meminta murid-murid mencari benda serupa dengan gambar di papan tulis, kemudian mengukurnya.

Di jam berikutnya, Bu Dina berpindah ke Kelas B. Setelah mengucapkan salam beliau bertanya pada siswa, apakah bahan-bahan untuk membuat bangun ruang balok sudah disiapkan. Selanjutnya beliau memberikan petunjuk dan contoh cara membuat bangun ruang balok dari berbagai bahan yang dibawa siswa.

Saat anak-anak di Kelas B sedang membuat bangun ruang balok itu, Bu Dina berkata akan ke ruang Kelas C sebentar. Sesudah itu beliaunya memasuki Kelas C, memberi salam, lalu menjelaskan keperluannya pada guru yang ada di kelas tersebut. Lalu Bu Dina mengatakan pada anak-anak Kelas C, nanti saat istirahat, mengamati benda-benda yang berbentuk seperti bangun ruang balok. Sesudah istirahat, beliau meminta anak-anak itu menjelaskan pengamatannya secara lisan.

B. Bu Dini

Bu Dini, juga mendapat jatah jam yang sama. Dan berurutan pula ruang kelasnya seperti Bu Dina. Bu Dini, dari ruang Kelas A sampai B, cara mengajarnya sama. Beliau pertama-tama menerangkan apa itu ruang balok. Kemudian melanjutkan tentang rumus yang menyertainya. Setelah itu memberikan soal, dan meminta anak-anak menjawab soal seperti contoh yang ada di buku.

Kedua kegiatan mereka direkam. Dan di hari yang berbeda, keduanya di ruangan berbeda mendapat pertanyaan semacam ini.
1. Apakah cara mengajarnya seperti itu setiap hari?
2. Mengapa memilih cara mengajar seperti itu?

Bu Dina menjawab seperti ini.
1. Iya.
2. Sebab setiap kelas mempunyai karakteristik kelas berbeda. Hal ini saya ketahui, setelah saya melakukan tes psikologi (sederhana), pengamatan, dan bertanya pada rekan sesama guru. Makanya saya memberikan pendekatan yang berbeda di tiap kelas. Selain itu, saya lebih mengutamakan aspek psikomotorik. Sebab anak-anak jaman sekarang, lebih suka praktik daripada teori. Jika kebanyakan teori, mereka cepat bosan. Sehingga pelajaran tidak masuk ke diri mereka. Akhirnya pekerjaan mereka tidak cepat selesai, dan cenderung kelas menjadi ramai atau senyap (bila terlihat galak). Sedangkan untuk pemakaian teknologi, juga saya gunakan. Namun tetap sebatas alat bantu penambah, bukan yang utama. Menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah. Tentu berbeda, jika saya mengajar di tempat yang mengutamakan teknologi tinggi.

Sedangkan jawaban Bu Dini seperti ini.
1. Iya.
2. Sebab dengan cara seperti itu. anak-anak mudah memahami. Terkadang, saya juga memakai peraga fisik atau menampilkan gambar dan animasi lewat proyektor. Khususnya, jika mereka belum benar-benar memahami.

Dari kedua cara mengajar tersebut, mana yang menjadi keseharian kita? Apakah cara mengajarnya itu membuat siswa lebih paham? Apakah cara mengajar tersebut juga ditularkan ke guru lain (jika memang merasa itu berbeda), atau dipendam, atau kalau ada kesempatan diikutkan lomba (bila dianggap itu penemuan baru)? 

Sumber gambar: lovepik.com