Tampilkan postingan dengan label inovasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inovasi. Tampilkan semua postingan

26 Februari, 2022

, , ,

Inovasi Pembelajaran yang Ramah di Kantong, Bisa?


Ketika berbicara tentang inovasi pembelajaran, asosiasinya sebagian guru menuju ke UUD (ujung-ujungnya duit). Mengapa ke duit atau uang? Sebab guru-guru tersebut berpikir bahwa dalam konteks kekinian, inovasi pembelajaran sama dengan pemakaian information technology. Dan sudah terang benderang, bila menyangkut hal itu, aroma cuan yang merebak.

Apakah salah konsep berpikir semacam itu? Agak merepotkan jika harus menyalahkan pemikiran ini. Sebab ada banyak faktor yang menyelimuti pemikiran tadi. Jadi sangat sulit bersikap tegas dalam hal ini. 

Kondisi sekarang yang cenderung berbau teknologi, sedikit banyak mendorong pemikiran tadi. Hampir tak ada kehidupan kini, yang tak bersentuhan dengan dunia teknologi informasi. Bahkan saking ingin terkoneksi terus menerus, selalu update.  Maka manusia sekarang sampai rela "membopong" gawainya ke tempat tidurnya.

Apabila ada istilah babysitter, mungkin layak ada istilah gadgetsitter untuk hal ini. Karena kemana-mana momong si gawai. Dan betapa paniknya mereka ini, ketika ponsel baterainya habis, sinyalnya hilang, dan pulsanya kosong. Persis saat menghadapi bayi yang tak mau berhenti menangis.

Kondisi di ranah pendidikan pun tak jauh beda, apalagi sewaktu kondisi pandemi, dan murid tak boleh kemana-mana. Hampir dapat dipastikan semua proses pembelajaran membutuhkan yang namanya teknologi informasi. Sehingga jika ada upaya penihilan peran teknologi tersebut, langsung dibungkam dengan kata-kata, "Guru kok gaptek. Guru kok nggak mau melek teknologi". 

Ini adalah sebuah pernyataan yang merendahkan, tidak saja pada profesi guru, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan. Sebab diakui maupun tidak, guru adalah pengawal keberadaban. Tanpa guru, manusia akan hidup dalam keliaran proses berpikir. Dan tentu kita bisa menebak, bagaimana pola kehidupannya.

Makanya mau tak mau, asosiasi di atas itu menjadi sebuah hal yang tak dapat ditampik keberadaannya. Seakan-akan adanya teknologi informasi "membutakan" pemikiran. Padahal yang namanya inovasi pembelajaran tidak selalu berjalan sejajar dengan hal itu. Tanpa adanya teknologi informasi sekalipun, inovasi pembelajaran  tetap dapat hidup dan berkembang biak di dalam rahim pendidikan.

Sumber gambar: theodi.org