Tampilkan postingan dengan label bicara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bicara. Tampilkan semua postingan

23 Februari, 2022

,

Public Speaking dan Opening-nya yang "Ga Garing"

Bagi guru-guru yang baru belajar menjadi pemateri atawa narasumber dan termasuk ke dalam kaum mendang-mending, harus memahami dengan betul bagaimana caranya membuka sebuah presentasi. Sebab bagaimanapun juga, awalan akan menentukan segalanya. Apabila sudah terlihat kurang nendang, ke belakangnya kurang begitu diperhatikan. Jika begini ini yang terjadi, tentu respon peserta akan menjadi anyep nyep-nyep.

Makanya mereka ini harus mencari seorang role-model, biar bisa dijiplak habis. Dan tak perlu dihiraukan ketika ada yang berkata  "Ih kamu kayak si onoh, kalau ngomong". Sebab sebagai junior dalam blantika bla-bli-blu-ble-bo, dan belum tahu "kejamnya" rimba raya pembicaraan. Akan terlampau sulit untuk merebut perhatian para peserta, jika tak punya sebuah "pesona". Jadi dengan mengimitasi perilaku seseorang yang sudah terbukti manjur di lapangan, nantinya berdampak pada kemudahan mengelola emosi peserta dan diri pribadi. Sebab sudah ada template, bila begini harus begitu. Dan bila begono harus Bagito.

Soal nanti keterusan bergaya seperti itu bijimana? Tak perlu khawatir, sebab tak ada proses peniruan yang benar-benar murni. Pasti ada bengkok-bengkoknya dikit. Apakah itu bisa menjadi lebih ciamik atau lebih bobrok dari orinya, itu bisa saja terjadi. Tergantung opsi yang ingin dipilih. Namun bila ingin tenar, versi "sakitnya" itulah yang perlu di-gaskeun. Karena selain menghargai sang guru, juga mengakomodasi keinginan banyak orang. Sebab banyak orang cenderung suka yang nyleneh, meskipun secara umum cemen untuk melakukannya sendiri. Lebih suka menginginkan orang lain saja, yang menjadi tumbal.

Lantas bagaimana, jjka halnya tak melihat seseorang yang bisa dijadikan obyek percontohan? Tak perlu risau, galau, kacau, dan sebangsanya. Sebab ada beragam trik yang dapat diaplikasikan. Lebih terang benderangnya, ikuti ulikan berikut ini.

A. Berpantun
Ini sudah terbukti jas jes jos, sebagai pembuka. Apalagi dilanjutkan dengan kelakar tipis-tipis, ini menjadi tambah semangkin daripada. Contohnya bagaimana? 

Abang Raka makan tomat,
makannya campur terasi
Peserta yang terhormat,
yuk simak materi ini

Kemudian disusul dengan bertanya, "Ada yang namanya Raka, eh Pak Raka di sini?" Jika ada yang menjawab, "Iya". Berikan permintaan maaf, "Maaf pak, tadi main selonong aja, nggak pakai izin". Sambil mengatakannya dengan ekspresi senyum merendah. Kemudian berikan kesempatan bertanya duluan, atau langsung memberikan hadiah. Hal ini akan memicu timbulnya simpati peserta yang meluap-luap alias tumpeh-tumpeh. Bagaimana jika tidak ada? Bisa bilang begini, "Untung kagak ada Bang Raka, bisa-bisa dijewer nih kuping". 

B. Pamer
Pamer prestasi oke, pamer kesusahan masa kecil oke, pamer aktivitas seabrek juga oke. Sebab banyak orang itu "menggilai pameran". Karena ketika melihat "pameran" itu hatinya membuncah, dan ingin teriak, "Aku pengen kayak kamu." 

Dengan inginnya yang membara itu, tentu akan menimbulkan pemompaan semangat yang luar biasa. Sehingga walaupun kondisi mata sudah dalam keadaan satu watt, mendadak seterang sokle. Dan bisa ditebak lontaran-lontaran pertanyaan akan berdesingan. Namun perlu diingat porsi pamernya harus secukupnya, jangan kebanyakan, nanti "keasinan". 

C. Penampilan Fisik
Jika pantun tak bisa, mau pamer tak ada yang dapat dipamerkan. Makanya pilihannya jatuh pada penampilan fisik. Bisa tampil dengan wajah yang sangat teramat glowing atau memilih dandanan norak. Bisa memakai pakaian perlente, adat, atau kocak kayak badut. Kemudian tetiba berganti dengan tampilan yang menyesuaikan situasi. Ini saja sudah menimbulkan decak kagum, ckckck. 

Bagaimana jika tak mampu atau mau memilih salah satu dari ketiganya? Cukup berdoa lalu berkata seperti ini secara lirih, "Mantap, mantap, mantap". Kemudian berpresentasi seperti lajunya kereta api.

Selamat mencoba dan rasakan sensasinya!

Catatan: 
Gambar di atas sekadar ilustrasi belaka, sebab acaranya sudah selesai.