Tampilkan postingan dengan label refleksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label refleksi. Tampilkan semua postingan

07 Januari, 2023

,

Refleksi dan Review

Refleksi dan Review
(Hari Keenam Masuk Sekolah)
Oleh: Ajun Pujang Anom

Tanggal 7 atau hari keenam telah tiba. Pasti kedatangannya tetap membuncahkan sejumlah angan. Dari sisi murid, hari Sabtu adalah hari menjelang libur. Hari dimana bisa "mengumbar" kebebasan, sebab di hari-hari biasa merasa terkungkung dan terbebani. Apakah pemikiran tersebut salah? Tentu saja tidak, sebab sebagian besar berpendapat semacam itu. Mungkin hanya segelintir, yang merasa nikmat jika hidupnya dipenuhi dengan berbagai tugas dan kerjaan.

Oleh karena itu, tidak ada tugas tambahan yang perlu dibebankan kepada siswa, saat di rumah alias pekerjaan rumah (PR). Bagi sebagian guru, opini itu tidaklah tepat. Alasannya antara lain, membuat siswa agar selalu ingat belajar kapanpun dan dimanapun. Membikin mereka tidak bermalas-malasan. Menurut saya argumen ini dapat dikatakan tepat, dapat pula dikelirukan. Tergantung apa hal yang menjadi tugas rumahan. Kalau tugasnya cuma berupa soal-soal belaka, yang lebih banyak menguras energi. Ini tidaklah tepat.

Namun saya yakin pendapat saya ini, tidaklah seratus persen bisa dijadikan pegangan. Sebab tiap guru punya idealisme tersendiri, terkait bagaimana memanfaatkan hari libur bagi siswa. Dan juga, bisa jadi tugas tambahan itu merupakan faktor penentu keberhasilan siswanya kelak. Who knows? Meskipun begitu, tiap guru harus mampu memaknai, bahwa setiap aktivitas pembelajaran yang dihadirkan berpusat pada kebutuhan siswa (student centered). Bukan upaya terselubung dari guru untuk membalaskan dendamnya di masa lalu, dimana dia dihajar oleh bejibun pekerjaan dari gurunya.

Setiap guru hendaknya pula menginsyafi, bahwa para siswa yang diemongnya tidaklah punya karakter seperti dirinya. Tiap anak punya keunikan tersendiri. Oleh karena itu mereka punya gaya belajar yang berbeda. Dalam situasi klasikal, memang teramat sulit untuk menyajikan suatu pembelajaran yang memenuhi kebutuhan secara personal. Akan tetapi bisa diupayakan kondisi pembelajaran berdasarkan kelompok gaya belajar tertentu (yang mungkin dapat dilaksanakan secara bergantian, dalam satu kurun waktu).

Seperti yang kita ketahui, gaya belajar ada tiga hal. Yaitu audiotori, visual, dan kinestetik. Audiotori sangat cocok untuk metode ceramah. Sebab bagi mereka yang suka mendengar, metode ceramah memungkinkan lebih cepat diserap dibandingkan lainnya. Berbeda dengan audiotori, anak-anak dengan gaya belajar visual, lebih termanjakan dengan metode-metode yang berbasis grafis (gambar). Sedangkan gaya belajar terakhir, yaitu kinestetik, meluapkan waktu belajarnya dengan metode yang dekat dengan gerak-gerak dinamis. Tidak cuma duduk diam manis, mendengarkan, dan melihat saja.

Bagi guru yang terbiasa merenung dan bertukar gagasan dengan guru-guru lainnya, bukanlah persoalan yang sukar mengemas strategi pembelajaran yang mampu melegakan semua gaya belajar siswa. Untuk itulah seharusnya semua stake holder pendidikan juga punya kesadaran yang sama. Dan bersama-sama mendorong guru untuk selalu melakukan perbaikan dalam pengajarannya. Tentunya dengan menjalankan hal-hal yang jauh dari ancaman dan sanksi. Sebab kedua hal ini, secara psikologis membikin guru malah ketakutan dan tertekan. Jika ini yang terjadi, pendidikan kita semakin "jauh panggang daripada api".

Bojonegoro, 7 Januari 2023