Tampilkan postingan dengan label ungkapan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ungkapan. Tampilkan semua postingan

11 Februari, 2022

, ,

Bagaimana ya? Susah Ngomongnya


Kemarin saya mendengar ucapan "ajaib" ini lagi. Sudah berapa sering, saya sudah lupa hitungannya. Termasuk berapa kali juga, secara pribadi memanfaatkannya. Bisa jadi, pembaca yang membaca tulisan ini pun berperilaku sama.

Saya pikir ungkapan ini, adalah bukti bahwa kosakata yang berada di kamus perbahasaan kita masih kurang mampu menampung apa yang kita inginkan. Makanya jika ada yang memprotes usulan, seperti kata "lebay" dan teman-teman sepertongkrongannya, untuk dimasukkan ke KBBI, merupakan suatu hal yang berlebihan. Sebab perkembangan bahasa adalah dinamis. Dan oleh karena itu, selalu tumbuh kata-kata baru. Kata-kata baru ini, ya tadi, dibutuhkan untuk menampung kebutuhan manusia untuk beraktualisasi.

Kembali ke ungkapan tadi. Ia tak mungkin "hadir" mengejawantah dalam benak kosong. Pasti ada alasan-alasan yang melatarbelakangi. Meskipun eksistensi keberadaannya, terkadang mengada-ada. Makanya praktik pengungkapannya perlu digelar. Agar mampu menyibak dalih apa yang bersembunyi di baliknya. Tentunya hal ini perlu pendekatan yang intens dan penuh kekepoan. Baik itu lewat metode celetukan semacam, "Haiya mbok ditulis saja, kalau susah ngomongnya", sampai yang rumit ngejelimet.

Sehingga kalaupun ada muncul perkataan "njeketek petel tibake ngana",  setelah mendengar argumen yang telah tersibak. Itu hal yang wajar sekali. Dan oleh karena itu, kita tak boleh larut dalam kondisi baperan. Sebab ujung-ujungnya alibi yang ditonjolkan adalah, "Saya tak enak hati. Takut menyinggung dan bla-bla-bla lainnya."

Sumber gambar: dreamstime.com