Guru Nanyeaa?
(Hari Kedelapan Masuk Sekolah)
Oleh: Ajun Pujang Anom)
Akhirnya di hari kedelapan, pertanyaan "Apakah kalian belajar tadi malam?", muncul. Tentu setiap guru paham akan situasi dimana pertanyaan bertuah ini dihadirkan. Dan jika jawaban dari pertanyaan ini adalah "tidak", maka pertanyaan lanjutannya hanya berubah waktunya saja. Dari waktu malam ke sore hari. Dan lagi-lagi, bila balasannya adalah "tidak". Pasti harus ada tindakan yang solutif. Bukan menerbitkan kemarahan yang tercetak di muka dan suara.
Dan saya sebagai guru, sangat-sangat terkejut, dari dua jawaban di atas, sama-sama terjawab "tidak" oleh seluruh kelas. Seperti yang sudah-sudah, biasanya ada satu-dua siswa yang masih punya kesadaran sebagai siswa, untuk belajar. Lha ini tidak lho. Apa ini sebuah prestasi? Sebab seluruh murid memiliki *semangat kebersaman*. Punya rasa kesetia-kawanan sosial yang tinggi.
Efek dari terkejut ini adalah bikin saya tenger-tenger. Dan bertanya dalam benak, "Kok bisa gini ya murid-murid?" Namun saya tak dapat terjerembab dalam kalimat tanya seperti ini. Saya harus secepatnya mencari akal untuk memicu mereka berminat di malam sebelumnya untuk--minimal--baca-baca sekilas bukunya.
Tetiba mengemuka gagasan untuk merilis aktivitas Sarapan Pagi. Sebuah kegiatan di awal pembelajaran yang dapat menyegarkan pikiran. Untuk awal-awal, akan saya berikan setiap pagi lima buah pertanyaan yang berasal dari materi yang akan dipelajari di hari itu. Lima buah pertanyaan ini, sedapat mungkin mengadopsi pertanyaan berpola ADIKSIMBA (Apa, Dimana, Kapan, Siapa, Mengapa, Bagaimana, dan Berapa).
Jika hal ini telah berjalan dua minggu, maka formatnya akan dirubah. Bisa datang dari saya ataupun dari mereka. Termasuk membuat kemasannya menjadi serupa edugame. Saya rasa dengan nuansa permainan yang edukatif, kegairahan belajar akan meningkat pesat. Semoga saja demikian.
Bojonegoro, 10 Januari 2023