Tampilkan postingan dengan label model. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label model. Tampilkan semua postingan

26 Maret, 2022

,

Pengajaran Multikelas, Efisiensi yang Melesatkan (Sebuah Rangkuman)

Pengajaran Multikelas atau disebut Multigrade Teaching (MGT) dan di Indonesia sendiri disebut dengan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR), sudah jamak dilakukan dimana-mana. Cuma di Indonesia, PKR ini umumnya diterapkan di tingkat sekolah dasar. Makanya di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) diadakan mata kuliah PKR.

Sebelum melangkah lebih jauh, alangkah eloknya, apabila kita menengok terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud  dengan PKR. PKR dimaknai sebagai satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama dan menghadapi dua atau lebih dalam saat yang sama dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.

Alasan-alasan penerapan PKR adalah karena beberapa faktor berikut ini, 1) sulitnya transportasi peserta didik karena bermukim jauh dari sekolah, 2) banyaknya sekolah yang mempunyai jumlah siswa terlalu kecil, 3) secara keseluruhan, terjadi kekurangan jumlah guru, sebagian disebabkan oleh penyebaran tidak merata, 4) kekurangan ruang kelas, 5) kemungkinan ada guru tidak hadir, padahal tidak ada guru cadangan.

Dengan adanya PKR, dimungkinkan terjadinya efisiensi pendidikan. Misalnya jika di kelas 1 hanya ada 9 siswa dan kelas 2 hanya ada 10 siswa maka tidak perlu masing-masing kelas diajar oleh seorang guru. Sebab PKR ini merupakan model pembelajaran yang dapat mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran bisa diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu.

Dengan demikian tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan keberadaan guru dan kemampuan siswa dalam memahami lingkungannya. Juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda. Sehingga dalam pelaksanaannya guru harus menguasai beberapa prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1) Keserempakan kegiatan belajar-mengajar, 2) Kadar tinggi waktu keaktifan akademik (WKA), 3) Kontak psikologis guru dan murid yang berkelanjutan, 4) Pemanfaatan sumber secara efisien, dan 5) Kebiasaan untuk mandiri.

Selain lima  prinsip tadi, guru juga harus menguasai keterampilan-keterampilan di bawah ini, khususnya saat dalam diskusi atau kerja kelompok kecil. Sebab memang bentukan dari pelaksanaannya cenderung ke arah tersebut. 
  1. Memusatkan perhatian murid.
  2. Memperjelas masalah yang menjadi pusat perhatian.
  3. Menganalisis pendapat murid.
  4. Memberi kesempatan kepada murid untuk mengeluarkan pendapat.
  5. Memeratakan kesempatan untuk berbicara.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi, PKR dapat ditingkatkan lebih jauh. Menjadi model pembelajaran yang dapat menjangkau lintas negara (dan tidak cuma di tingkat sekolah dasar). Sehingga terjadilah apa yang disebut dengan co-teaching. Dimana seorang guru, baik dengan murid-muridnya maupun sendirian, mengadakan live streaming. Termasuk di dalamnya disepakati memakai sesi interaktif atau tidak. Sedangkan di negeri seberangnya, guru yang asli bisa sekadar bertugas sebagai "pemandu" (menjadi host dan moderator, sekaligus penerjemah). Dengan cukup bermodalkan sebuah proyektor.

Dampak dari pemakaian model pembelajaran ini, siswa dapat mengalami berbagai kebaruan pembelajaran, dan juga mengenal beragam bahasa sekaligus budaya. Sehingga hal ini memunculkan kesadaran di dalam diri siswa tentang pentingnya kerukunan dan menghargai bermacam perbedaan. Sesuatu yang sungguh-sungguh dibutuhkan saat ini.

Disarikan dari Berbagai Sumber