03 Maret, 2022

,

Masak Ada Guru yang Tak Ngoyo Ngopeni Muridnya?

Jika ada guru yang bilang,"Nggak usah ngoyo-ngoyo. Lha wong anaknya orang". Bisa dipastikan platform berpikirnya sudah keluar jalur. Bagaimana tidak keluar jalur? Sebab pekerjaannya guru adalah mengurusi anaknya orang lain. Kalau tidak mengurusi anaknya orang lain, lantas pekerjaannya apa? Ghibah gitu? Kan nggak tho?

Yang namanya mengurusi anak orang tak boleh setengah-setengah, harus sengoyo mungkin. Sebab kelak mereka yang mewarisi peradaban saat ini. Kita pasti tak mau peradaban kita mendadak ambyar berantakan ketika di tangan mereka. Karena mereka tak punya bekal dan bingung harus melakukan apa.

"Ngapain mikir terlalu jauh?" Kalau ada yang menyergah pendapat itu. Oke, baiklah ini ada pendapat yang lebih masuk akal dan pasti menohok. Apa kita mau anak-anak kita dibimbing oleh guru-guru yang maunya santai saja? Yang kerjaannya nyuruh murid mengerjakan tugas seabreg dari buku, sedikit ngasih penjelasan, dan hobinya marah-marah melulu. Tentu tak mau bukan? 

Jika tak mau, tentu kita harus menengok diri kita di cermin masing-masing. Sudah seberapa pantas kita menjadi guru? Sudahkah menghiasi diri dengan ilmu yang mumpuni? Sudahkah belajar setiap hari untuk meng-update pengetahuan? Sudahkah menggelar pengajaran yang menyenangkan dan bermakna? Sudahkah berkeringat-keringat untuk menggali potensi siswa? 

Apabila belum, berani nggak menunjuk ke jidat sendiri? Lalu bilang, "Benarkah saya ini guru?" Kemudian lekas-lekas resign, menyerahkan surat pengunduran diri. Saya kok haqqul yaqin nggak ada yang berani, meski kita belum melakukan itu semua. Coba kenapa?

Sumber gambar: pinterest.com

0 komentar:

Posting Komentar