22 Maret, 2022

,

Guru Inovatif "Sering" Dilihat dengan Tatapan Negatif

Semua guru mengharapkan adanya kemajuan dalam bidang pendidikan, namun sedikit yang benar-benar mau bergerak untuk mewujudkannya. Jadi bukan sekadar dalam rasan-rasan, apalagi hanya dalam angan. Dan dari yang sedikit itu pun, akhirnya banyak yang mrotol. Karena datangnya cibiran dan halangan yang dilakukan oleh rekan guru tersebut. Ini memang terdengar aneh, namun begitulah fakta yang terjadi di lapangan. 

Mengapa mereka begitu tega melakukannya pada teman seprofesi ini? Bukankah mereka juga sama-sama guru, sama-sama ingin melihat Indonesia berubah? Dua pertanyaan tajam ini menghasilkan beberapa jawaban yang bisa melukai hati. Dan semua itu adalah hal yang remeh temeh. 

1. Cap Sombong
Ini adalah jawaban yang paling umum disorongkan. Mereka mengira guru inovatif sudah tak mau berkawan lagi dengan mereka. Dalam pikiran mereka, guru inovatif ini selalu sibuk dengan solusi dan solusi. 

2. Ahli Bolos
Akibat aktivitas yang padat menjadi peserta, panitia, pemateri, atau bahkan pengurus organisasi pendidikan, sehingga guru inovatif diduga kerjaannya hanya bolos dan mengabaikan tugas mengajar siswa.

3. Tukang Pencitraan
Guru inovatif dituduh tidak tulus ikhlas dalam berbuat. Sebab menganggap tingkah polah guru inovatif hanyalah untuk aksi pamer belaka. Biar terkenal, biar dapat penghargaan. 

4. Kurang Kerjaan
Ini adalah jawaban yang terparah. Mereka  menyangka hal-hal yang dilakukan oleh guru inovatif adalah sesuatu yang sia-sia. Dan sungguh tak berguna, membuang-buang waktu saja.

Empat jawaban "tidak beradab" yang mereka layangkan ini, jika ditelisik secara dalam, memang kebanyakan murni karena salah paham. Sebab disadari maupun tidak, guru yang sudah kadung digelari guru inovatif, cenderung kurang dalam berkomunikasi. Sehingga dianggap menjaga jarak. Selain itu, terlihat terlampau serius dalam memandang sesuatu. Kurang woles

Mungkin guru inovatif juga harus membuka diri dan tak henti-hentinya dalam mewartakan, bahwa apa yang dilakukan itu untuk kebajikan bersama. Bukan untuk tampil gagah-gagahan dan mengejar piagam penghargaan. Apabila hal ini sudah dilakukan, dan tetap diperlakukan "tidak senonoh", tetaplah bersabar. Dan kalau bisa mendoakan orang yang telah berbuat itu, agar mendapatkan pencerahan. Cepat mendapatkan hidayah. Sehingga tak lagi "merundung" dan menjadi calon guru inovatif berikutnya. 

Jika hal ini dilakukan, tentu persoalan luka hati tidak lagi muncul di benak. Semua hal yang terjadi akan nampak baik-baik saja. Meskipun ada masalah maupun tidak, tetap rileks dalam menjalani. Sebab dunia tempatnya permasalahan. Apalagi setiap permasalahan memang gunanya untuk menempa diri, agar mempunyai sikap yang lebih baik lagi.

Sumber gambar: malangtimes.com

2 komentar:

  1. Kita sebagai guru yang inovatif tetap semangat dan berpikir positif mungkin yang beranggapan negatif mau ikutan menjadi guru inovatif dan kreatif tapi gengsi untuk minta informasi nya. Soga kita selalu diberikan kesehatan lahir dan batin. Aamiin

    BalasHapus