20 Maret, 2022

,

Prokrastinasi Mengancam Jiwa Guru

Percayalah tulisan ini tidak seseram judulnya. Lantas jika tidak seram, mengapa mengambil judul ini? Apakah ingin menipu pembaca? Dalam konteks pemberitaan, judul yang bombastis atau clickbait  adalah sesuatu biasa. Kenapa? Karena judul seperti itu menggoda secara psikologis. Penasaran akan membuncah. Dan bisa ditebak, pembacanya akan "gegap gempita" untuk membacanya.

"Jangan mengikuti kebiasaan buruk", mungkin ada yang menasihati seperti ini. Sebenarnya, ini bukan ngeles lho, judul ini memang disengaja sebab ada hubungannya dengan topik yang akan kita bahas. Karena topik yang akan kita bahas, memanglah sikap yang "berlebihan" dalam menunda suatu tugas atau pekerjaan. Dan cenderung untuk menipu diri sendiri.

Topik tersebut tiada lain adalah prokrastinasi (seperti yang sudah ada di judul). Prokrastinasi seperti yang diungkap Wikipedia, diserap dari bahasa Inggris. Kata ini sebenarnya diserap oleh bahasa Inggris dari dua kata dalam bahasa Latin, yaitu pro- yang berarti depan dan juga -crastinus yang berarti hari berikutnya. Imbuhan -crastinus sendiri juga gabungan dari dua kata, yaitu cras yang berarti besok serta -tinus yang merupakan imbuhan dalam bahasa Proto Indo-Eropa yang berfungsi sebagai untuk membentuk kata sifat yang berhubungan dengan waktu.

Secara sederhana, prokrastinasi berarti tindakan untuk menunda sebuah pekerjaan. Dan biasanya, baru dikerjakan di detik-detik terakhir. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita ulik alasannya.

1. Meremehkan 
Menganggap pekerjaan itu hal yang mudah dalam penyeselesaiannya, sehingga memicu dirinya untuk mengabaikan. Dan memilih tarsok-tarsok.

2. Kesulitan
Jika tadi pekerjaannya dianggap mudah, kali ini pekerjaannya dikira sulit. Hal ini membuat dirinya merasa harus belajar dulu. 

3. Tenggat
Merasa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masih lama. Maka membiarkan diri untuk tidak segera menyelesaikan. 

4. Kekinian
Waktu tenggat yang lama, juga memicu diri untuk merasa harus mementingkan hal-hal yang sekarang.

5. Prioritas
Karena merasa pekerjaan itu mudah diselesaikan. Pekerjaan itu tidak dianggap penting. Dan bisa nanti-nanti.

6. Perfeksionis
Memandang tiap sesuatu harus dikerjakan dengan sempurna, maka merasa tidak boleh ada kegagalan maupun kecacatan dalam hasilnya.

7. Kultur
Bisa saja hal ini terjadi, karena orang-orang di sekitarnya sering mempraktekkannya. Sehingga sudah seperti budaya yang harus dikerjakan.

Memang dalam kondisi tertentu, normal-normal saja prokrastinasi dilakukan. Namun menjadi sesuatu yang kurang baik, apabila hal itu sering atau bahkan dibiasakan. Apalagi itu dianggap sebagai sebuah kultur, hal itu akan membuat diri merasa termaafkan. Padahal dengan kebiasaan menunda sesuatu, banyak hal buruk akan terjadi. Dan mungkin bisa saja benar-benar mengancam keselamatan sebuah nyawa. Karena memang kebiasaan prokrastinasi ini mempunyai efek kelabakan dan hanya menabung kesengsaraan, seperti yang diungkap di situs mojok.co ini.

Sumber gambar: potential.com

4 komentar: