Sebenarnya apa saja sih yang membuat guru bahagia? Agar mempunyai persepsi yang sama tentang apa itu "bahagia", marilah kita menilik pengertiannya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Bahagia menurut kamus itu, termasuk kata benda (nomina) dan kata sifat (adjektiva). Baik arti dari segi nomina maupun adjektiva, saling menyokong. Dan di bawah ini pengertiannya.
1. /nomina/ keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan): -- dunia akhirat; hidup penuh -
2. /adjektiva/ beruntung; berbahagia: saya betul-betul merasa -- karena dapat berada kembali di tengah-tengah keluarga.
Agar lebih puas, bisa menengok sendiri pengertiannya secara lebih luas di KBBI dan di Wikipedia. Bagaimana? Saya anggap kita semua punya pendapat yang berbeda-beda tentang makna "bahagia". Namun jika meninjau pengertian secara mengkamus tadi, saya kira tidak jauh berbeda.
Karena sudah terang benderang soal pengertian bahagia, mari kita lanjutkan tentang topik kita, yaitu apa yang membuat guru bahagia. Pada umumnya guru bahagia ketika mendapatkan siswa yang rajin, patuh, sopan, antusias, dan berprestasi. Tapi faktanya berapa persen guru yang mengalami secara langsung pengalaman seperti itu? Apakah itu berlangsung terus menerus? Apakah itu terjadi di semua siswa?
Bagi guru yang sudah bertahun-tahun mengajar, di atas sepuluh tahun, tentu sepakat untuk menjawab "pernah". Akan tetapi "pernahnya" ini tidak terjadi di tiap tahun dan tidak untuk seluruh siswa. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa karena penampilan guru kurang menarik secara fisik? Apa karena dalam penyampaian materi kurang atraktif? Apa karena kurangnya waktu guru dan siswa berinteraksi? Apa karena memang kualitas siswanya yang bermasalah? Apa karena kultur latar belakang siswa? Apa karena kebijakan sekolah? Ataukah hal ini bersumber dari kurang matangnya kurikulum kita saat ini? Apa ada yang bisa memaparkan jawaban yang pas dan kena di hati tentang soal-soal di atas?
Di depan tadi adalah hal yang menyangkut hubungan dengan diri siswa. Bagaimana dengan hal pribadi guru? Tentu semua guru, sangat-sangat setuju, apabila parameter kebahagiaan dari sisi pribadi adalah kenaikan gaji dan tunjangan. Mendengar hal ini, jangan buru-buru memvonis guru termasuk makhluk matre. Sebab bagaimanapun juga guru adalah manusia. Sebagai manusia, pasti butuh kepastian dalam mengarungi kehidupan yang tak pasti ini. Begitu juga, ketika guru menginginkan proses administrasi yang lebih ringan. Ini tidak berarti guru termasuk golongan pemalas. Ini adalah hal yang lumrah dan wajar. Sebab faktanya, administrasi pendidikan hari ini, sudah seperti gunung anakan dan datangnya bagaikan air bah. Apa Anda merasa sepakat dengan pernyataan barusan?
Sumber gambar: m.apkpure.com
0 komentar:
Posting Komentar