Ini adalah tulisan semi-serius. Meskipun judul tulisannya serius pakai bingit. Kalau begitu aneh dong? Kenapa nggak bikin yang semi sekalian, kan rasanya nanggung? Iya memang sengaja dibikin nanggung. Dan para pembacanya, dapat menebak-nebak judul "yang seharusnya" atau "yang sebaiknya".
Sudah cukup sekian dulu soal gegeran tentang serius dan semi-serius itu. Karena tidaklah terlalu urgen. Janganlah kita sebagai bangsa hanya ngurusin hal-hal yang remeh temeh. Mbok ya yang geger geden sekali-kali. Maksudnya ini secara konsep pemikiran. Bukan yang berhubungan dengan fisik, lho ya.
Misalnya tentang bagaimana upaya pemerintah benar-benar menyeriusi infrakstruktur di bidang kendaraan listrik. Agar rakyat tak lagi sambat dan mengancam demo turun ke jalan, karena naiknya BBM yang tak kira-kira. Dengan berjalannya proyek tersebut disertai dengan penyediaan kendaraan massalnya secara gratis--kalau memungkinkan--tentu saja sangat meringankan beban.
Jikalau masih ada demo, minimal kan demonya sudah berubah. Dari demo BBM menjadi demo BBL (Bahan Bakar Listrik). Katanya, orang itu harus berubah. Jangan itu-itu mulu. Jangan larut dalam zona nyaman. Mosok sejak dulu, kok ramainya masalah kenaikan BBM. Mbok ya ganti.
Masalah ganti ini pun juga berlaku bagi ganti-ganti yang lain. Termasuk ganti rezim. Tapi yang santun, elegan, jangan gontok-gontokan. Sebab yang ono dan yang itu duduknya cuma selemparan batu dari Monas. Jadi secara logika, nggak mungkin gelut. Kalaupun mau membandingkan, jelas nggak apple to apple tho maszzzeeeh. Satunya jabatannya lebih tinggi. Jika pun masih memaksa, ya dibandingkan saat sama-sama berada di kursi yang sama. Ini lebih fair.
Namun saya kira, ini nggak usah dilakukan. Karena sudah diingatkan Farel Prayoga. Ojo dibanding-bandingke. Gimana? Ho'oh tenan kan pendapat saya ini?
Dan omong-omong soal ganti-mengganti tadi, juga sudah saya lakukan pada template blog ini. Bagi penganut blogger.com, tentunya sudah familiar bahwa template bawaan cenderung berwarna-warni. Padahal tidak setiap orang suka warna-warni, apalagi yang mencolok. Dan alasannya pun bermacam-macam. Kalau saya sendiri sih saat ini, lebih sreg ke warna putih. Lebih soft gitu loh rasanya. Bukan karena stereotip, bahwa putih lebih baik. Dan cenderung dekat dengan glowing. Apalagi isinya memang tak ada bakar-bakaran. Jadi lebih "masuk" jika blognya "berbaju" putih.
Sehingga memungkinkan isinya dapat dinikmati dengan penuh kenyamanan. Sama seperti judul blog ini, "Blog yang Ramah Ponsel". Ramah di sini dapat diartikan dari berbagai sisi. Baik dari sisi konten maupun tampilan. Bagaimana? Sepakat?
Bojonegoro, 4 September 2022
Mantab. Guruku literasi. Matur nuwun
BalasHapusNjih sami-sami Pak Kaji
Hapus