Mengerjakan di bawah atau atas?
(Hari Keenambelas Masuk Sekolah)
Oleh: Ajun Pujang Anom
Alangkah hebohnya, jika anak-anak mendadak mendapatkan meja sekolah seperti pada gambar di atas. Sudah dapat dipastikan mereka gegas untuk merengek-rengek, agar tidak ada jam pulang sekolah. Bahkan saking enggannya pulang sekolah, mereka maunya nginap saja. "Bayar mahal gapapa pula", mungkin begitu pikiran mereka. Dan jangankan mereka, mungkin kita juga akan betah berlama-lama. Baik itu untuk sekadar searching hal-hal tak penting sampai untuk bikin konten usaha sampingan.
"Bolehkah mengerjakan di bawah (maksudnya di atas lantai)?" Kalimat ajaib seperti itu mustahil untuk menyeruak ke permukaan. Sebab semua hal, bisa dikerjakan di atas. Dan sudah terwujud dengan begitu nyamannya (paling tidak dari segi psikis). Lain halnya dengan keadaan pada umumnya sekarang ini. Meja sekolah cenderung kurang membuat mereka merasa comfort atau leluasa. Ini memang yang lumrah dan alamiah.
Oleh karena itulah, terkadang terbit kepenatan fisik yang berimbas ke psikis juga. Sehingga "kalimat sakti" seperti di atas, sesekali muncul dalam proses pembelajaran sehari-hari. Ini tentu bukan salah mereka. Kalau bukan salah mereka? Lantas salah siapa? Yang jelas, tak perlu menyalahkan "mejanya". Jika ada yang patut disalahkan, tetaplah kita sebagai guru. Mengapa? Coba renungkan!
Kita kerapkali lupa. Mungkin salah satunya karena begitu "asyik" mengerjakan tugas-tugas administrasi. Dan memberi mereka pekerjaan "yang menggunung". Sehingga dampaknya, mereka duduk terpekur, dari jam tujuh pagi hingga teng-teng-teng jam pulang sekolah. Dan itu hanya sedikit diselingi dengan masa rehat yang tak seberapa mendorong otot-otot badan menjadi rileks.
Dengan melihat argumen tadi, maka di hari keenambelas ini saya menyodorkan kalimat sakti tadi, pasca istirahat sekolah. Sebab nampaknya dari mulai masuk, anak-anak sudah digelontor tugas oleh guru sebelumnya. Mendengar tawaran saya, ekspresi kegirangan terpampang nyata di muka-muka mereka. Dan mereka begitu cepatnya, menghamparkan diri di atas lantai--yang tentunya sudah dipel--dengan mode kelesotan.
Bojonegoro, 19 Januari 2023
Seperti meja yang disajikan untuk anak usia PAUD ya, Pak? Mereka lesehan
BalasHapusMungkin bu. Saya cuma main comot di internet saja.
HapusMohon maaf itu hanya sebatas media . Mohon maaf saya sudah berkecimpung berpuluh tahun di dunia TI tetap yg terbaik biar anak belajar sesuai lingkungan yg ada. Itu hanya sebatas teknologi. Sama seperti tablet dan android maupun windows, ataupun Mac dll.
BalasHapusMemang betul yang bapak katakan. Isi artikel di atas sebenarnya adalah gambaran yang menunjukkan guru harus mempunyai kepekaan. Jangan terpaku atau terlalu fokus pada suatu hal. Sedangkan soal teknologinya itu, hanya sekadar sarana atau bisa jadi "bumbu penyedap".
Hapus