Mendulang Imajinasi dan Kreativitas
(Hari Kelima Masuk Sekolah)
Oleh: Ajun Pujang Anom
Hari kelima, saatnya mengamati para peserta didik dalam memancing hasrat imajinasi dan kreativitas dari lubuk hati dan pikiran mereka. Apakah mereka mampu memunculkan dan menuangkannya dalam sebuah produk yang dapat tersentuh oleh tangan dan dilihat oleh mata? Apakah dalam prosesnya juga mampu mengikhtiari tanpa petunjuk terperinci dari guru?
Jawaban dari pertanyaan kedua ini tentu saja masih jauh dari harapan. Sebab ketika dalam pelaksanaan tugasnya, mereka masih menyibukkan untuk bertanya ini dan itu, secara detail. Padahal sudah diterangkan di awal dan diulang beberapa kali, untuk berani mengeksplor bahan-bahan yang sudah diberikan. Dan dikerjakan secara bersama-sama. Karena ini adalah tugas kelompok.
Dalam tugas kelompok, tentunya harus ada sharing pembagian peran. Tidak boleh ada pihak yang berdiam diri, sedangkan pihak yang lain heboh dan ribet sendiri. Kegotong-royongan adalah kunci dalam aktivitas seperti ini. Tiap anak punya potensi atau kelebihan yang saling melengkapi. Jadi tidak ada yang boleh menjalani sendirian. Tiap anak harus mempunyai semangat untuk menunaikan tugasnya sesebisa mungkin, dan mengoptimalkan apa yang dimiliki.
Namun pada kenyataannya, ada sebagian siswa yang kurang mempunyai inisiatif untuk menyelesaikan tugas. Mereka cenderung untuk mengamati dan lebih banyak diam. Sehingga hal ini tentunya berdampak pada waktu yang telah ditentukan. Yang mestinya waktu pengerjaan cukup dilakukan di hari ini, akhirnya molor ke hari esok. Dan ini pastinya bisa dijadikan umpan balik bagi mereka dalam memandang fenomena ini.
Mereka akan sama-sama melihat dan mengerti, bahwa tidak mengenakkan jika menemui situasi, dimana ada yang berleha-leha saja, sedangkan pihak lainnya bekerja dengan keras. Padahal apa yang diusahakan nantinya, akan dinikmati bersama-sama. Dalam kondisi normal di masyarakat, keadaan ini dapat memunculkan hujatan dan kecaman. Selain itu, dalam bentuk ekstrimnya, orang-orang yang melakukan tindakan bermalas-malasan, dikenai sanksi pengucilan.
Nasihat di atas, memungkinkan mereka meresapi lebih kuat. Sebab dipraktikan secara realistik, tidak cuma keluar secara verbalistik. Sehingga jika timbul pertanyaan semacam ini, "Maukah kalian menjadi pihak yang tidak mau turut serta dalam sebuah kegiatan sosial?" Tentu saja, jawabannya adalah tidak. Karena kita adalah makhluk sosial. Yang di dalam diri, ada kesadaran untuk berbuat bersama-sama, untuk mencapai sebuah tujuan yang sama.
NB: Anak-anak sedang membuat poster.
Bojonegoro, 6 Januari 2023
0 komentar:
Posting Komentar