05 September, 2022

,

Asa Seorang Narablog


A ku ingin tulisanku punya guna
S emua orang pun senang membaca
A ku ingin itu terjadi segera

S emoga bukan khayal semata
h, kalau itu tak tercipta
h, betapa diri ini berduka
asa galau kan slalu melanda
sam-manis jadi pahit terasa
yenyak tidur tinggal cerita
elisah bayangi slalu saja

amun kutepis itu syak-wasangka
ku harus yakin di dada
agu kubuang ke dalam belantara
papun yang terjadi akan kuterima
etapapun itu berat dirasa
ogika kewarasan harus dijaga 
risinilitas karya tetap utama
erak blogku laju ke muka

*Ini adalah sebuah puisi akrostik berjudul "Asa Seorang Narablog". Dan ditulis sebagai "Tugas Pelatihan Membuat Blog" dari aleepenaku.com

Sumber gambar: www.worldvectorlogo.com
,

Ada hubungan apa, antara Enda, Sambo, dan Blog?


Sebagai seorang blogger atau dalam Bahasa Indonesia disebut narablog, harus tahu siapa bapak blogger Indonesia. Sebab kalau tak tahu atau bahkan tak mau tahu, itu namanya sudah kelewatan. Ketahuilah dengan jasa beliaulah, dia bisa "hadir" di dunia ini. Apalagi dengan adanya blog itu, dapurnya bisa mengepul. Dan mampu mengusir keberadaan perut yang keroncongan. Itu adalah sebuah "kedurhakaan". 

Makanya biar tidak terjadi kedurhakaan berlarut-larut, blog ini ikut menyajikan secuil kisah tentang bapak blogger Indonesia. Tentunya dengan demikian, tidak terjadi lagi mitologi kutukan di negeri kita. Karena akibat kutukan itu sangat fatal sekali. Seperti yang sudah ada di dongeng-dongeng. Pelaku kutukan sangat-sangat tidak bertanggung jawab.

Bagaimana tidak bertanggung jawab, mereka seenaknya mengutuk tanpa berpikir panjang terlebih dahulu akan dampaknya? Hanya akibat sedikit kesalahan, main kutuk saja. Kalaupun main kutuk ini dibenarkan, mbokyao cuma mengenai "obyek" yang bersalah.

Jangan orang-orang yang tidak berdosa atau terlibat, baik secara aktif mau pasif menjadi korban. Contoh akan kejadian ini, sangat kentara pada kisah "Malin Kundang". Coba pikirkan, "Kru awak kapalnya, apakah melakukan kejahatan serius seperti yang dilakukan Si Malin Kundang?" Tidak, kan?

Kalau tidak, mestinya redaksional kutukan dari Bundanya Malin Kundang ini fokus ke Malin Kundang saja. Sehingga di dalam cerita itu, tiba-tiba Malin Kundang terpeleset kulit pisang, dan kemudian terjatuh ke dalam laut. Atau agar terdengar konspiratif, dibuatlah alur pemberontakan. Dan Malin Kundang yang berhasil dikudeta, dibuang ke laut. Ini lebih tepat dan masuk akal, bukan?

Masak jaman sekarang, masih memungkinkan terjadinya kutukan yang berefek sampai perubahan ekologi? Why not? Karena itu demi mengantisipasi perilaku main kutuk, apalagi yang berbau main hakim sendiri. Makanya artikel ini hadir, meskipun belum tentu mengusir kemungkinan itu. Tapi mungkin bisa meminimalisir, agar itu tidak terjadi secara masif.

Ketahuilah bahwa bapak blogger Indonesia ini adalah Bapak Enda Nasution. Karena beliau sejak awal dekade 2000an, begitu getol mempopulerkan keberadaan blog. Sehingga akhirnya lahirlah Hari Blogger Nasional, pada tanggal 27 Oktober.

Demikianlah sekelumit kisah tentang bapak blogger Indonesia. Jangan bilang yang bikin pertama kali blog di Indonesia itu adalah Sambo, seperti yang ada di tautan ini. Karena itu kisah fiktif saudara-saudara. Ingat kisah fiktif, harus dikatakan fiktif. Bukan direkayasa, agar dianggap menjadi nyata. Dan perlu diketahui tulisan ini dibuat sebagai "Tugas Pelatihan Membuat Blog" dari aleepenaku.com

Sumber gambar: www.maxmanroe.com
,

Sambo Sang Penemu Blog

Pada suatu hari, di saat orang belum begitu akrab dengan dunia maya, hiduplah seorang anak bernama Sambo. Memang nama anak ini tidak seperti umumnya nama orang. Sebab waktu itu, nama anak lelaki masih seputaran Sugeng, Agus, atau Wawan. Jadi banyak yang bilang aneh. Padahal nama anak ini merupakan kependekan dari nama kedua orang tuanya, yaitu Samsul dan Bonita.

Tentu bila melihat nama ibunya ini, kita mungkin akan bertanya, "Apakah ibunya seorang bule?" Betul, ibunya seorang bule. Karena mustahil, ada perempuan Jawa di waktu itu bernama Bonita. Beda halnya kalau jaman sekarang. Nama itu sudah seperti nama biasa. Kurang begitu keren.

Karena ibunya seorang bule, wajar jika perawakan Sambo tinggi besar dan berkulit putih. Dengan kondisi semacam ini, dan di rumahnya dimanja oleh ayah dan ibunya. Maka timbullah sifat congkak pada dirinya. Dia ingin selalu dihormati dan dianggap hebat di semua bidang.

Dan memang dia bisa membuktikan. Dia jago di semua bidang. Hingga suatu hari, di awal kelas sepuluh terjadilah kecelakaan. Dan dia harus menjalani hari-harinya di atas kursi roda, setelahnya. Lalu hancurlah dunianya mulai saat itu. Dia mulai ditinggalkan teman-temannya yang suka berbuat onar di sekolah. Dia juga dikucilkan oleh teman-teman lainnya, karena tak ada prestasi yang lagi diukirnya.

Sesudah kecelakaan itu, semangat belajarnya menurun. Sehingga nilai-nilai akademik melorot dengan drastis. Setiap hari dilewati dengan uring-uringan. Apalagi ketika di rumah, semua barang perabotan sering dilemparkan hingga hancur berantakan. Orang tuanya yang melihat hal ini, menjadi sangat sedih. Dan akhirnya Sambo pun berhenti di sekolah umum. Kemudian mereka mendatangkan guru di rumah untuk homeschooling.

Awalnya dia tak mau, tapi akhirnya dengan ketelatenan  ibu dan guru pengasuhnya dalam mengarahkan, dia mengerti. Saat dia mulai memahami itulah, terbit keinginannya menjadi seorang yang handal di bidang komputasi. Melihat keinginan yang begitu besar dari Sambo, orang tuanya pun mendukung. Mereka membelikan seperangkat komputer yang canggih dengan tentunya didampingi seorang mentor yang mumpuni.

Hingga di suatu pagi, terdengar teriakan yang cukur keras dari kamarnya. Orang tuanya pun kaget. Dan datang menghampiri. Mereka takut terjadi apa-apa pada anak semata wayangnya. Sesampainya di kamar Sambo, mereka menjadi heran. Sambo terlihat tersenyum bahagia. Ibunya pun bertanya, "Ada apa Mbo? Kenapa kamu terlihat ceria? Bunda sudah lama tak melihatmu sebahagia itu."

Dan tak terasa air mata meleleh saat mengatakan hal itu. Sambo pun datang bersama kursi rodanya menghampiri ibunya, dan berkata, "Ini Bun, aku menemukan sesuatu yang mungkin akan berguna bagi kehidupan manusia kelak."

Mendengar perkataan ini, ayahya menjadi kaget. Dan ikutan bertanya, "Mbo, apa yang telah kamu buat? Ayah tak menyangka kamu kembali menjadi anak yang hebat lagi. Selamat!"

Ayahnya berkata demikian, sambil menjabat dan memeluk dirinya. Sambo pun akhirnya menjelaskan bahwa dirinya menciptakan aplikasi yang memungkinkan orang-orang untuk membuat diary secara daring. Dan dinamai "Blog". Blog ini katanya, berasal dari kata "jeblok". Biar terlihat keren, diambil suku kata belakangnya saja. Dan juga huruf "k-nya" diganti huruf "g".

Jeblok ini katanya untuk mengingatkan dirinya, bahwa ada masa-masa terpuruk, termasuk nilai-nilai sekolahnya. Tapi tak boleh putus semangat. Harus tetap maju ke depan. Mendengar penuturan anaknya ini, mereka menjadi semakin bangga. Anaknya memang benar-benar telah berubah.

Demikianlah kisah dari Si Sambo ini, apabila ada kesamaan nama, itu cuma kebetulan belaka. Sebab cerita ini hanyalah rekaan saja. Dan dalam rangka memenuhi "Tugas Pelatihan Membuat Blog" dari aleepenaku.com

Sumber gambar: www gramedia.com

04 September, 2022

,

Blog yang Ramah Ponsel

Ini adalah tulisan semi-serius. Meskipun judul tulisannya serius pakai bingit. Kalau begitu aneh dong? Kenapa nggak bikin yang semi sekalian, kan rasanya nanggung? Iya memang sengaja dibikin nanggung. Dan para pembacanya, dapat menebak-nebak judul "yang seharusnya" atau "yang sebaiknya".

Sudah cukup sekian dulu soal gegeran tentang serius dan semi-serius itu. Karena tidaklah terlalu urgen. Janganlah kita sebagai bangsa hanya ngurusin hal-hal yang remeh temeh. Mbok ya yang geger geden sekali-kali. Maksudnya ini secara konsep pemikiran. Bukan yang berhubungan dengan fisik, lho ya.

Misalnya tentang bagaimana upaya pemerintah benar-benar menyeriusi infrakstruktur di bidang kendaraan listrik. Agar rakyat tak lagi sambat dan mengancam demo turun ke jalan, karena naiknya BBM yang tak kira-kira. Dengan berjalannya proyek tersebut disertai dengan penyediaan kendaraan massalnya secara gratis--kalau memungkinkan--tentu saja sangat meringankan beban.

Jikalau masih ada demo, minimal kan demonya sudah berubah. Dari demo BBM menjadi demo BBL (Bahan Bakar Listrik). Katanya, orang itu harus berubah. Jangan itu-itu mulu. Jangan larut dalam zona nyaman. Mosok sejak dulu, kok ramainya masalah kenaikan BBM. Mbok ya ganti.

Masalah ganti ini pun juga berlaku bagi ganti-ganti yang lain. Termasuk ganti rezim. Tapi yang santun, elegan, jangan gontok-gontokan. Sebab yang ono dan yang itu duduknya cuma selemparan batu dari Monas. Jadi secara logika, nggak mungkin gelut. Kalaupun mau membandingkan, jelas nggak apple to apple tho maszzzeeeh. Satunya jabatannya lebih tinggi. Jika pun masih memaksa, ya dibandingkan saat sama-sama berada di kursi yang sama. Ini lebih fair.

Namun saya kira, ini nggak usah dilakukan. Karena sudah diingatkan Farel Prayoga. Ojo dibanding-bandingke. Gimana? Ho'oh tenan kan pendapat saya ini?

Dan omong-omong soal ganti-mengganti tadi, juga sudah saya lakukan pada template blog ini. Bagi penganut blogger.com, tentunya sudah familiar bahwa template bawaan cenderung berwarna-warni. Padahal tidak setiap orang suka warna-warni, apalagi yang mencolok. Dan alasannya pun bermacam-macam. Kalau saya sendiri sih saat ini, lebih sreg ke warna putih. Lebih soft gitu loh rasanya. Bukan karena stereotip, bahwa putih lebih baik. Dan cenderung dekat dengan glowing. Apalagi isinya memang tak ada bakar-bakaran. Jadi lebih "masuk" jika blognya "berbaju" putih.

Sehingga memungkinkan isinya dapat dinikmati dengan penuh kenyamanan. Sama seperti judul blog ini, "Blog yang Ramah Ponsel". Ramah di sini dapat diartikan dari berbagai sisi. Baik dari sisi konten maupun tampilan. Bagaimana? Sepakat?

Bojonegoro, 4 September 2022

03 September, 2022

,

Blog Ko Ngene, Kok Dibanding-bandingke


Karena saya sedang belajar ngeblog lagi, makanya saya teringat di masa saya ketika belajar beberapa materi. Salah satu ingatannya adalah materi tentang "tembak-menembak". Tapi ini bukan tembak-menembak yang katanya menembak orang, tapi yang mati CCTV-nya. Tidak itu lho. Tembak-menembak di sini adalah tembak-menembak dalam arti kiasan. Jadi jangan dikait-kaitkan dengan dar-der-dor. Plis. Apalagi dengan Si Kaisar itu. Pokoknya tidak boleh.

Yang saya maksud di sini adalah materi tentang bagaimana agar postingan kita (yang otomatis blog kita) terkerek di halaman satu pencarian. Atau paling tidak, mudah muncul. Perlu dilakukan beberapa langkah. Namun lagi-lagi yang dikuak cuma satu langkah saja. Apa itu? Simak di bawah ini. Cukup sederhana dan mudah dipraktikkan. Sehingga tak sampai serepot para netizen mencari tafsir dibalik angka 052, yang tersemat di sebuah baju oranye. 

Langkahnya itu hanya menempelkan kata-kata yang berasal dari warta yang sedang viral atau dulunya disebut "sedang naik daun". Misalnya apa? Ya yang naik tiga bulan terakhir ini. Citayam, Brigadir, Gus Samsudin, Farel, dan BBM. Kalau saya sih pilih kata "Farel". Lebih aman, tak mungkin kena gusur, kena tembak, kena tipu, kena geruduk ataupun kena pasal karet. Dan memanglah bagi blogger pemula. Carilah yang aman-aman saja. Kecuali memang punya nyali maupun bekingan, bolehlah sedikit bengal. 

Karena terkait dengan "Farel", apapun yang berhubungan dengan beliaunya, bisa disusupkan dan disisipkan. Baik ke dalam judul maupun isi postingannya. Kalau saya pilih dua-duanya. Makanya judul tulisan ini adalah "Blog Ko Ngene, Kok Dibanding-bandingke". Dan jangan lupa cantumkan tautan yang berhubungan dengannya. Mau lihat? Di sini saja 👉 Lagu Ojo Dibandingke

Bagaimana? Enak bukan lagunya? Maunya saya meng-cover lagu itu dengan lirik komedi. Nanun sebab keterbatasan suara (sebut saja suaranya cempreng), saya hanya kasih liriknya, sampeyan semua yang menyanyikannya. Tapi ingat lho, jawil nama saya saat menyanyikannya. Ho'oh tenan lho? Karena ente kadang-kadang. Ya sudah tanpa berpanjang kata. Inilah liriknya.

Blog ko ngene, kok dibandhing-bandhingke
(Blog begini, kok dibanding-bandingkan)
Saing-saingke? Ya, mesthi mblarah
(Saing-saingkan? Ya, mesti tak karuan)
Tak oyak'a, aku ya ora mampu
(Kukejar, aku ya tak mampu)
Mung sak kuatku mostang-mosting ae
(Hanya sekuatku memposting saja)

Ku berharap engkau mengerti
Blog ini memang hanya ada satu

Jelas beda yen dibandhingke
(Jelas beda, jika dibandingkan)
Ora ana sing tak pamerke
(Tiada yang dapat aku pamerkan)
Aku ra isa yen kon gawe-gawe
(Aku tak bisa kalau disuruh buat-buat)
Humor, sak anane
(Humor, ala kadarnya)

Sapa wonge sing ra melek ati?
(Siapa orangnya yang tak terbuka hatinya?)
Wis ngguyoni tekan semene
(Sudah berkelakar sampai sekarang)
Iki kabeh ora ana artone
(Ini semua tak ada uangnya)
Ra ana adsense'ne
(Tidak ada adsense-nya)

Bojonegoro, 3 September 2022
, ,

Akhirnya Bisa Meguru ke Mbah Ali Harsojo

Orang Indonesia, khususnya orang Jawa selalu menyematkan gelar "Mbah" kepada seseorang yang dianggap pintar atau pandai. Bahkan sebutan ini tidak saja diberikan kepada manusia, tetapi juga kepada sesuatu. Contohnya saja adalah Google. Kita suka memanggilnya dengan sebutan Mbah Google. Padahal kita semua juga tahu, bahwa Google hanyalah sebuah mesin pencari. Dan kita bisa mengira-ira dari suaranya, dia berkelamin perempuan. Dengan usia sekitaran 30-40an tahun. Jadi masih terbilang muda. Sehingga sebenarnya lebih layak, dipanggil Mbak Google daripada Mbah Google. Namun karena dia sudah waskita dibanding kita, jadi mungkin akan kualat bila dipanggil dengan sebutan Mbak.

Meskipun begitu, kita ini sebenarnya punya standar ganda soal panggilan ini. Kalaupun tak mau dicap seperti itu, minimal kita dapat disebut melakukan anomali. Mengapa demikian? Sebab kita sering menyebut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan sebutan Mas. Ini kan aneh. Mestinya itu ya Mbah Menteri. Secara beliau itu memang benar-benar pintar, tajir-melintir, dan pemegang kendali pendidikan di Indonesia. Walaupun beliaunya terbilang masih muda. Dan jelas umurnya sepantaran dengan Mbah Google tadi. Apa kita nggak takut kualat atau paling tidak disebut kurang ajar? Meskipun beliaunya ini yang minta atau merasa fine-fine saja dipanggil semacam itu.

Dengan dasar di atas, maka pantaslah saya menyebut Ali Harsojo (yang punya aleepenaku.com) dengan embel-embel Mbah di depannya. Di samping saya menyediakan waktu untuk belajar kepada beliaunya. Beliaunya memang betul-betul mumpuni di bidang per-bloggingan. Ibarat kata, beliaunya sudah apal-kecepal soal seluk beluk bikin blog. Dan bisa dipastikan tulisan ini, tidak direncanakan secara sistematis untuk mendapatkan template gratis dari beliaunya. Tapi lebih kepada ungkapan kejujuran. Walaupun kalau dikasih, ya saya nggak menolak. Wong diberi cuma-cuma oleh Mbahe. Hehehe.

NB: Jangan lupa klik tautan ini: Tempat Aneka Info

Bojonegoro, 3 September 2022

30 Agustus, 2022

,

Mengapa Edublogger Top-topan Kebanyakan Guru SD?


Kalau dilihat daftar daripada edublogger papan atas, maka akan nampak diduduki oleh guru-guru sekolah dasar. Mengapa bisa demikian? Karena kalau dipikir-pikir  guru weton SD ini secara logika tidak mempunyai pengetahuan formal yang cukup. Mereka ini jelas-jelas cuma memiliki ijazah kesarjanaan yang jauh dari "bau teknologi". Mestinya kan ya, yang menjadi blogger pendidikan kelas wahid itu guru TIK atau Informatika, yang notabene ngendon di sekolah menengah. Baik dari segi keilmuan maupun pengalaman, tentu sangat mumpuni. Tapi faktanya tidak demikian bukan?

Ini menjadi pertanyaan bagi saya. Dan di sini, saya mencoba menerka-nerka jawaban yang sekiranya cocok untuk itu. Jawaban-jawaban itu akan saya rangkai-bernomor di bawah ini.
1. Cari Cuan
Mungkin kelihatannya jawaban ini terasa mendiskreditkan. Namun memang itulah yang terjadi. Dan tidak ada yang salah dengan hal ini. Kita tahu energi yang didapatkan dari niat ini, pastilah sangat besar. Sehingga halangan ijazah, bukanlah menjadi hal penting.
2. Tulus Berbagi
Bagi yang tak begitu minat me-monetize-kan blognya, pasti kebanyakan menggolongkan diri sebagai orang-orang yang ikhlas. Dan ini juga tak sedikit, blogger yang bergabung di dalamnya. Jadi jangan mengira semua blogger itu mata duitan. Apalagi jika ketulusan tadi ditenagai hal yang spiritual, malah akan membumbung tinggi semangatnya.
3. Kebutuhan Pribadi
Ada pula yang membikin blog sekadar untuk menabung tulisan. Karena berpikir dengan adanya blog, mudah diakses dan sekaligus tempat untuk mengarsipkan apa yang sudah dikerjakan. Para penganut jawaban ini, tidak terlalu memusingkan fulus ataupun shorang-sharing seperti hal di atas tadi. 
4. Wadah Ekspresi
Ini bisa dikatakan sebagai golongan keempat. Golongan ini lebih mengutamakan kebebasan diri, tidak mau menjebakkan kepada ini dan itu. Dan mirip dengan kelakuan pada golongan sebelumnya. Yang membedakan, terletak pada opsi pendokumentasiannya saja. Golongan sebelumnya mengukuhkan pada sisi yang sudah diperintahkan atau dideskripsikan pekerjaannya.

Dari keempat tebakan jawaban tadi, mungkin saja ada yang kurang mampu memahami. Dan saya anggap ini wajar. Bahkan mungkin pula ada yang berpendapat, empat jawaban tadi tidak dapat menggambarkan mengapa maqom puncak dikuasai guru-guru SD. Untuk opini ini, saya bisa membalas dengan satu jawaban: GURU SD LEBIH BANYAK DARI GURU MANAPUN. Walaupun jawaban ini dapat juga dipatahkan dengan argumen, bahwa tidak banyak GURU TIK/INFORMATIKA atau GURU SMP-SMA serta yang SEDERAJAT, yang unjuk diri di dalam ranah edukasi. Kalaupun ada, hanya melulu seputar bidang studi yang diampu atau jenjang sekolah dimana dia berada. Berbeda dengan blogger dari Guru SD. Mereka ini lintas mupel dan jenjang. Serta meng-update  keterkinian di bidang pengajaran. Hal inilah yang memungkinkan mereka merajai list blogger pendidikan.

Sumber gambar: caritahuaejha.blogspot.com